Dekan Sekolah Vokasi IPB University, Dr Arief Darjanto memaparkan bahwa memasuki era new normal, perlu dilakukan banyak penyesuaian terhadap produksi pertanian, peternakan dan perikanan. Inovasi di bidang produksi protein hewani menjadi sangat penting di era new normal.
Hal ini disampaikannya dalam webinar internasional dengan tema “Creating Innovation in Agricultural and Fishery Sector in New Normal Era”, beberapa waktu lalu. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara dari 3rd International Summer Course Sekolah Vokasi IPB University. Tema summer course tahun ini adalah “Sustainability of Tropical Animal Production: Creating Innovation of Animal Production Sector in the New Normal Era”.
“Diharapkan dari acara summer course ini, peserta dapat belajar dari para ahli bahwa masa depan pangan dan pertanian bergantung pada kapasitas sistem inovasi pertanian. Petani membutuhkan inovasi yang dapat menjawab kebutuhannya yang semakin beragam dan komplek. Termasuk peningkatan produksi pertanian dan kinerja lingkungan serta respon yang lebih baik terhadap perubahan iklim,” ujarnya.
Wakil Rektor bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University, Dr Drajat Martianto juga mengatakan bahwa kegiatan summer course ini merupakan kesempatan yang baik khususnya bagi Sekolah Vokasi IPB University untuk mendapatkan perspektif baru. Tidak hanya pengayaan akademik dengan latar belakang budaya, bahasa, dan komunitas baru tetapi juga industri.
Sementara itu, John Ingram, PhD dari Oxford University menyebutkan bahwa summer course merupakan kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan pemahaman, mengubah mindset dan tentunya menjadi aktor menuju perubahan dunia yang lebih baik.
Webinar kali ini menghadirkan Prof Alain Rival, Resident Regional Director South East Asian Island Countries (CIRAD) yang memaparkan tentang “Innovation in Agricultural Sector”. Prof Alain menjelaskan tentang pentingnya inovasi dalam bidang agrikultur terutama di era new normal dan pengaruh pandemi COVID-19 terhadap sektor agrikultur di Indonesia, salah satunya komoditas kelapa sawit.
“Selain pandemi COVID-19, perubahan iklim menjadi faktor yang mempengaruhi sistem pertanian. Seperti produksi tanaman, residu biomassa, pengelolaan pupuk kandang dan lain-lain. Hampir semua negara di Asia yang menghasilkan tanaman tropis termasuk Indonesia, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Hal yang harus dilakukan adalah membangun Climate-Smart Agriculture. Komponen dari Climate-Smart Agriculture yaitu beradaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim. Jika memungkinkan, langkah yang harus diambil adalah mengurangi dan atau menghilangkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan produktivitas dan pendapatan pertanian secara berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, narasumber kedua, Prof Patric Sorgeloos, PhD, Aquaculture R&D Consortium, Ghent University, Belgium membawakan tema tentang “Ecological Approaches for Better Microbial Management in Intensive Shrimp Farming”. Dalam pemaparannya Prof Patric memaparkan tentang prioritas untuk inovasi teknologi masa depan berdasarkan Global Conference on Aquaculture 2010. Dalam penjelasannya manajemen microbial sangat diperlukan untuk produksi yang berkelanjutan.
Permasalahan yang sedang diamati secara empiris adalah bagaimana cara menurukan rasio substrat dan bakteri, serta bagaimana menciptakan stabilitas mikroba. Beberapa penelitian yang sudah kami lakukan diantaranya adalah penggunaan skimmers protein, resirkulasi sistem (biofileter berperan penting dalam sirkulasi), serta sistem pertanian terintegrasi. Contohnya adalah, kami menurunkan setengah dari area kolam udang meningkatkan tingkat survival dan farm profit lebih baik dari sebelumnya,” terangnya.
Kegiatan International Summer Course tahun 2021 ini dilaksanakan seperti tahun lalu, yaitu secara online. Namun demikian, suatu hal yang berbeda terus dikembangkan. Salah satunya yaitu menggunakan virtual reality fieldtrip industry.
Ketua Pelaksana Summer Course, Ima Kusumanti, SPi, MSc menambahkan bahwa hal yang berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu bahwa Summer Course 2021 tidak hanya melibatkan pihak industri, tetapi juga start-up dan government yang dikemas dalam Triple Helix Platform untuk mendukung inovasi di bidang pertanian, peternakan dan perikanan.